Cadangan devisa di Indonesia mengalami
fluktuasi pada tahun 2010-2013 dengan kecenderungan menurun pada tahun 2013. Akhir Desember 2010, posisi cadangan devisa
Indonesia mencapai US$ 96,2 miliar, atau setara dengan 7,1 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sejalan dengan kuatnya kinerja
eksternal ekonomi Indonesia tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi
disertai tingkat volatilitas yang cukup rendah. Secara point-to-point Rupiah menguat 4,4% (ytd) menjadi Rp
9.010 per US$ disertai volatilitas yang menurun.
Kinerja ekonomi dan keuangan global masih terus melemah seiring masih
berlarutnya krisis di Eropa. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan lebih
rendah dengan konsumsi di negera-negara maju cenderung stagnan dan tingkat pengangguran
yang tinggi. Hal ini berdampak pada menurunnya kinerja ekspor negara-negara
berkembang. Sementara itu, pasar keuangan global masih bergejolak dengan
berlarutnya penyelesaian krisis di Eropa sehingga likuiditas di pasar keuangan
masih cenderung ketat dengan risiko yang meningkat. Selain itu, pasar keuangan
global juga dibayangi ancaman penurunan rating di sejumlah negara Eropa yang memicu
munculnya sentimen negatif. Di sisi harga, tekanan inflasi global cenderung
menurun seiring dengan tren penurunan harga komoditas internasional. Dengan
perkembangan tersebut, untuk mengantisipasi dampak melemahnya ekonomi global di
tengah inflasi yang cenderung mereda, respon kebijakan moneter global. Kenaikan
harga minyak dunia ternyata tidak memberikan efek negatif bagi perekonomian
Indonesia. Kenaikan harga minyak dunia justru menyebabkan penerimaan minyak dan
gas cukup besar sehingga cadangan devisa terus bertambahcenderung akomodatif.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2011 masih mencatat surplus
yang cukup besar meski menghadapi tekanan pada semester II-2011. Tekanan tersebut terutama
terjadi pada transaksi modal dan finansial sejalan dengan meningkatnya
ketidakpastian pasar keuangan dan ekonomi global. Selain itu, transaksi
berjalan pada triwulan IV-2011 juga mulai mengalami tekanan sejalan dengan
meningkatnya impor di penghujung tahun. Dengan perkembangan tersebut, cadangan
devisa sampai dengan akhir Desember 2011 mencapai 110,1 miliar dolar AS, atau
setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Kondisi keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan IV-2012 mengalami
perbaikan. Hal ini tercermin pada
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang pada triwulan tersebut mampu membukukan
surplus sebesar US$3,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus US$0,8 miliar
pada triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI terjadi karena surplus transaksi
modal dan finansial meningkat dalam jumlah yang lebih besar daripada kenaikan
defisit transaksi berjalan. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada
akhir Desember 2012 bertambah menjadi US$112,8 miliar atau setara dengan 6,1
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Kepercayaan investor yang tetap terjaga dengan baik, didukung oleh
tambahan likuiditas di pasar keuangan global yang bersumber dari ekspansi
moneter di negara-negara maju, menyebabkan transaksi modal dan finansial pada
triwulan IV-2012 kembali mengalami surplus. Surplus tersebut mencapai US$11,4 miliar, hampir dua kali
lipat dari surplus USD6,0 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus ini
antara lain bersumber dari meningkatnya arus masuk investasi portofolio asing
dalam bentuk pembelian surat berharga negara, baik berdenominasi rupiah maupun
valuta asing. Arus masuk juga terjadi dalam bentuk penarikan dana milik
perbankan domestik yang disimpan di luar negeri sebagai respon terhadap
meningkatnya kebutuhan valuta asing di dalam negeri. Selain itu, investasi
langsung asing (PMA) masih mengalir masuk dalam jumlah yang hampir sama dengan
triwulan sebelumnya.
Cadangan devisa tergerus
dari USD 112,78 miliar, atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri Pemerintah per Desember 2012, menjadi USD 108,78 miliar atau setara
dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah per Januari
2013. Jumlah yang semula dibangga-banggakan tertinggi,
ternyata dalam perkembangannya malah berkurang. Terbukti dari laporan Bank
Indonesia (BI), pada Januari 2013 cadangan devisa Indonesia turun 4 miliar
dollar AS menjadi 108,8 miliar dollar AS, dan Februari lalu kembali tergerus
3,6 miliar dollar AS ke posisi 105,2 miliar dollar AS atau setara dengan 5,7
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. BI beralasan, tergerusnya cadangan
devisa disebabkan tekanan nilai tukar rupiah. Namun, setelah BI melakukan
operasi monter, tekanan depresiasi terhadap rupiah pada Februari 2013 cenderung
mereda sehingga mencapai rata-rata 9.680 rupiah per dollar AS. Kebijakan
stabilisasi nilai tukar ini, termasuk penguatan mekanisme intervensi valas dan
pembentukan referensi nilai tukar rupiah di pasar domestik, bertujuan
meningkatkan kepercayaan pasar. Stabilitas nilai tukar juga didukung dengan
masuknya aliran dana nonresiden ke instrumen rupiah yang mencapai 27,6 triliun
rupiah.
Selain untuk operasi moneter, berkurangnya cadangan devisa karena meningkatnya permintaan valuta asing untuk keperluan impor. Kondisi ini menandakan, pengelolaan perdagangan masih sangat bergantung dari luar negeri, sementara penguatan ekspor belum optimal. Sebenarnya, sinyal berkurangnya cadangan devisa sudah bisa ditebak dari melebarnya neraca perdagangan. Lebih dari itu, tidak patuhnya sejumlah eksportir untuk melaporkan dan menempatkan devisa hasil ekspor di perbankan dalam negeri juga ikut mengganggu cadangan devisa. Angka ini masih lebih tinggi dari standar cadangan devisa yang ditentukan oleh Dana Moneter Internasional (IMF/International Monetary Fund) sebesar 3 sampai 4 bulan impor.
Jumlah
cadangan devisa pada akhir September 2013 tercatat sebesar US$95,7 miliar,
meningkat dari posisi pada akhir Agustus 2013 sebesar US$93,0 miliar. Posisi
cadangan devisa tersebut setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri Pemerintah. Jika hanya dibandingkan dengan impor, posisi cadangan
devisa tersebut setara dengan 5,4 bulan impor.Kenaikan jumlah cadangan devisa
tersebut tidak terlepas dari langkah-langkah penguatan bauran kebijakan Bank
Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan koordinasi kebijakan
dengan pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. Keyakinan pasar
valuta asing domestik semakin kuat dengan penawaran dan permintaan valas yang semakin
aktif dan berimbang dalam membentuk pergerakan nilai tukar rupiah. Selain itu,
kenaikan cadangan devisa didukung oleh langkah Pemerintah menerbitkan obligasi
syariah negara dalam valuta asing sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit
fiskal. Pemerintah hendaknya
membuat sebuah kebijakandan tidak membiarkan barang-barang konsumtif dari luar
negeri membanjir pasar dalam negeri. Di sinilah pentingnya pengawasan dan
komitmen semua pihak untuk mencintai produk dalam negeri yang berkualitas dan
berdaya saing tinggi.