Translate

Total Tayangan Halaman

Followers

Jumat, 21 Desember 2012

HUKUM ISLAM MENURUT PANDANGAN ORIENTALIS



PENDAHULUAN
Orientalis menurut sebagian kalangan umum sering kali dianggap sebagai momok yang harus diwaspadai dan disingkirkan jauh-jauh dari kita khususnya agama islam. Dalam hal ini untuk memberi kesan seolah-olah objektif dan otoritatif, orientalis biasanya berkedok sebagai pakar dalam bahasa, sejarah, agama dan kebudayaan. Baik yang jauh maupun yang dekat.
Bagi sebagian yang lain tidaklah demikian, disatu sisi orientalis sangat merugikan kita sebagai orang muslim, karena kajian dan analisis yang dilakukanya sangatlah mendiskreditkan dunia islam. Tetapi disisi lain mereka melakukan analisis dan kajian dengan begitu objektif. Banyak orientalis yang telah berusaha memutar balik esensi sejarah Islam yang telah tercatat dalam sejarah kemanusiaan pada fase-fase sejarah yang berbeda.

PEMBAHASAN
Kalangan orientalis sering memutarbalikkan maksud nash (teks) secara sengaja dengan membuat kesimpulan yang menyesatkan. Historia est magistra vitae, sejarah adalah guru kehidupan. Di antara bentuk penyimpangan yang sering dilakukan kalangan orientalis ini adalah memutarbalikkan maksud nash (teks) secara sengaja dengan tujuan membuat kesimpulan-kesimpulan yang tidak ada hubungannya dengan nash tersebut. Bentuk penyimpangan lainnya adalah dengan cara menambah atau menghilangkan beberapa kalimat, sehingga nash tersebut memberikan makna yang tidak ada lagi kaitannya dengan nash itu sendiri.
Sudah jelas bahwa tujuan mereka menyebarluaskan islam yang salah dan menyeramkan, mencakup dua macam :
  1. Mengadakan kesenjangan sehingga islam tidak dapat tersiar dieropa seperti tersiarnya pada bangsa lain.
  2. Menumbuhkan keraguan dalam hati umat islam terhadap ajaran agamanya dan berusaha untuk memurtadkan mereka dari islam dengan cara kristenisasi. Dan ini merupakan tujuan yang paling penting.

Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang menyatakan dirinya, bersih dari keraguan, dijamin keseluruhan isinya terjaga, dan tiada mungkin dibuat tandingannya. Barangkali sifat-sifat inilah yang membuat kalangan non-muslim, khususnya orientalis-missionaris Yahudi dan Kristen.
Tetapi tidaklah mengherankan, karena sejak al-Qur’an diturunkan, sudah disinyalir bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela sampai umat Islam mengikuti keinginan dan keagamaan mereka. Selain itu, mereka ingin agar umat Islam melakukan apa yang mereka lakukan seperti menggugat, dan mempersoalkan yang sudah jelas dan mapan sehingga timbul keraguan terhadap yang benar dan sahih.
Dalam rangka memberi kesan seolah-olah obyektif dan otoritatif, orientalis-missionaris biasa berkedok sebagai pakar (expert scholar) mengenai bahasa, sejarah, agama, tamaddun Timur, baik yang ‘jauh’  (far eastern, seperti Jepang, Cina dan India) maupun yang ‘dekat’ (Near Eastern, seperti Persia, Mesir dan Arabia). 
Dari buku-buku yang ditulis orientalis-missionaris, secara sembunyi maupun secara terbuka, mereka memang benci terhadap al-Qur’an. Diantara ucapan mereka antara lain, Galastowne berkata:
“Selama masih terdapat pengaruh buku ini (al-Quran) Inggeris tidak akan mencapai   tujuan sedikitpun di negeri Arab,  kecuali  pengaruh kitab ini telah dihilangkan. Oleh karena itu, Keluarkanlah rahasia ‘buku ini’ di kalangan umat Islam, niscaya tembok penghalang rencana kalian hilang.”
Dalam kesempatan lain ia berkata:
“Selama al-Qur’an masih ada di tengah umat Islam, Eropa tidak akan sanggup mengalahkan Timur, sekaligus mereka (Eropa) tidak aman  terhadap dirinya.”
Ucapan di atas melukiskan betapa  barat sangat takut terhadap Islam dan kebangkitan kebangkitan umat Islam. Mereka tahu, jalan satu-satunya kebangkitan kaum muslimin hanya dengan al-Qur’an, tidak ada jalan lain. Maka bisa dipastikan, mereka berusaha segala daya dan berbagai cara, agar pengaruh al-Qur’an tidak lagi nampak di kalangan kaum muslimin.

Orientalis dan Hadis Nabi saw: Mengenai hadis, ulama salaf dan khalaf, tidak pernah ada yang meyakini bahwa seluruh hadis yang ada itu asli dan sahih semuanya. Sebaliknya, tidak ada pula yang berkeyakinan bahwa semua hadis   itu palsu belaka. Hanya orang yang bodoh dan tak berilmu mengatakan demikian. Tetapi orientalis-missionaris cenderung pada pendapat kedua. Padahal dua pendapat di atas sama ekstrimnya. Oleh karena itu, dalam rangka mengecek kebenaran dua pendapat ekstrim itu, dalam ilmu hadis terdapat penelitian terhadap orang yang menyampaikan hadis/Rijal al-hadis. Namun itulah masalahnya, karena mayoritas orientalis tidak percaya adanya sanad hadis. Orientalis semisal Alois Sprenger, yang pertama sekali mempersoalkan status hadis, berpendapat bahwa hadis adalah kumpulan anekdot-anekdot (cerita-cerita bohong tapi menarik). Begitu pula William Muir orientalis asal Inggeris, yang mengkaji biografi Muhammad saw dan sejarah perkembangan Islam, berkata; Dari 4.000 hadis yang dianggap sahih oleh Imam Bukhari, paling tidak separuhnya harus ditolak dari segi isnad, belum lagi dari segi matannya. Selang beberapa waktu muncul Ignaz goldziher, orientalis asal Hungaria yang pernah belajar di Universitas al-Azhar Kairo sekitar tahun 1873-1874, sepulang ke Eropa ia dinobatkan sebagai orientalis yang paling banyak mengerti soal Islam. Pendapat Goldziher, lebih parah dari para pendahulunya, katanya; dari sekian banyak hadis, sebagian besarnya, tidak dijamin keasliannya, alias palsu. Menurut dia lagi, hadis adalah produk bikinan masyarakat Islam beberapa abad setelah Muhammad wafat, bukan berasal dan tidak asli dari nabi. Demikian kesimpulan orientalis-missionaris setelah bekerja bertahun-tahun mengkaji hadis  nabi saw. Adapun kaki tangan orientalis-missionaris, telah menyebar pula di dunia timur, seperti dikemukakan oleh Ahmad Muhammad Syakir, ketika membahas penyimpangan sebagian ulama memahami hadis; “Kamu lebih tahu urusan duniamu”.
Ia berkata;
“Hadis ini digembar-gemborkan oleh banyak orang Mesir, orientalis Eropa, kaki tangan orientalis  serta budak-budak  missionaris. Mereka menjadikan hadis ini sebagai dasar menolak ahli sunnah dan pendukungnnya. Jika mereka hendak menolak sunnah, mengingkari syariat dalam kehidupan sosial, mereka mengatakan ini adalah urusan dunia. Mereka berpegang pada riwayat hadis ini.  Allah SWT tahu bahwa sesungguhnya mereka tidak beriman kepada inti  agama, tidak kepada sifat Uluhiyah Allah dan tidak pula kepada risalah Nabi Muhammad saw. Jika mereka beriman, itu hanya sebatas lisan saja.”
Secara umum orientalis sangat memperhatikan kajian sunnah dan al-Qur’an secara khusus. Menurut mereka, jika dapat menanamkan keraguan terhadap sunnah, maka secara otomatis dapat menanamkan keraguan terhadap al-Qur’an, bahkan Islam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam kesempatan lain, Gibb berbicara tentang sunnah, berkata:
“Sesungguhnya Islam di bangun di atas landasan hadis-hadis Nabi lebih banyak,  dari pada landasan al-Qur’an. Tetapi jika kita dapat membuang hadis-hadis palsu, maka sedikitpun Islam tidak  ada yang tersisa”.
Akhirnya, dapat kemukakan bahwa di satu pihak, kekeliruan pemahaman tentang kedudukan, fungsi dan sejarah perkembangan hadis timbul akibat dangkalnya pengetahuan agama. Dan di pihak lain, ia terjadi akibat pendangkalan agama yan dilakukan oleh musuh-musuh Islam-khususnya para orientalis yang tidak beranggung jawab  yang mengatasnamakan penelitian ilmiyah untuk tujuan-tujuan tertentu. Gerakan gazwu al-fikr  dunia barat telah membanjiri dunia timur, sehingga ibarat air bah, alirannya yang sangat deras, menggunung dan  bergelombang telah menghanyutkan umat Islam, termasuk tokoh-tokoh intelektual.

CARA ORIENTALISME MENGGEROGOTI DA’WAH ISLAM

1.Kristenisasi

Tak diragukan lagi oleh ummat Islam, bahwa Perang Salib belum berakhir, sejak Eropa keluar dari keterbelakangannya di zaman pertengahan mereka menuju ke timur dan menjadikannya daerah-daerah jajahan.
Penjajah bermaksud menguasai negeri dan rakyatnya, kemudian menghancurkan Aqidah yang sudah bersemi di hati ummat Islam.
Melalui Orientalisme, penjajah menanamkan perasaan bahwa Islam berbahaya bagi programnya. Program yang digariskannya dengan tujuan hendak mematikan nilai kemanusiaan di negeri jajahan, supaya lenyap perasaan kemanusiaan di sana, sehingga tidak akan timbul bibit-bibit perlawanan menghadapi penjajah yang sudah memonopoli negeri itu, dan program yang bertujuan mematahkan hal-hal yang peka pada jiwa ummat Islam yaitu faham Wahdaniyah yang tidak mau tunduk pada selain Allah.
Justru karena itulah penjajah menebarkan hal-hal yang menyerang Islam secara rahasia melalui Orientalis, terbukti dengan mobilisasi tentara di bawah pimpinan Orientalis, mendrop para propagandis ke negeri-negeri Islam dan melindunginya dengan tentara-tentara penjajah, mengatur posisinya dan propagandanya di kota-kota dan kampung-kampung, membantu mereka dengan uang, atau mendirikan rumah sakit, rumah jompo dan sekolah-sekolah; sebagai alat jaringan penyesatan. Mereka bersembunyi di balik kedok demi melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan kebodohan, dengan kedok yang.bernama Al Masih.

2. Membenamkan ummat Islam ke dalam aliran-atiran fikiran yang menyesatkan
Di antara cara menggerogoti da’wah Islam ialah membenamkan ummat Islam ke dalam aliran-aliran yang menyesatkan; terutama Generasi Mudanya dengan memalingkan mereka dari agama.

a.Materialisme
Zaman modern telah diracuni dengan meniupkan faham kebendaan ke dalam otak dan pribadi masyarakat, dengan faham yang mengingkari nilai kemanusiaan, rasa kasih sayang penyantun terhadap keluarga, kerabat dan masyarakat semuanya.
Yang paling berbahaya di dalam aliran materialisme ialah besarnya nafsu manusia, nafsu masuk selalu di bagian-bagian yang lemah, sehingga manusia itu selalu cenderung pada hal-hal yang cepat untuk mendapatkan kecintaan dan kesuksesannya, seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam surat al Qiyamah ayat 20-21 dan surat Al Insan ayat 27, yang artinya:
“Ingat! bahkan kamu suka yang segera dan kamu tinggalkan akhirat.” (al Qiyamah ayat 20-21).
“Sesungguhnya mereka itu mencintai yang segera, dan meninggalkan di belakangnya hari yang berat pertanggungan jawabnya (siksanya).” (al Insan ayat 27).
Kecenderungan nafsu ini dimanfaatkan oleh musuh Islam, untuk memojokkan pemuda dan pemudi melakukan penggerogotan da’wah Islam dengan mengutip sebagian kata-kata akhli tasauf yang mengatakan dirinya Islam, di mana kaum tasauf yang ingin memencilkan dirinya dari kesenangan dunia, yang menurut anggapan mereka adalah bukti dari mengikut agama yang sebenarnya. Semua ini adalah propaganda batil. Tapi Orientalis mengambil manfaat dari hal tersebut, untuk merusak Generasi Muda Islam dengan faham materialis, agar mereka bingung dan ragu.
Materialisme, mengingkari agama yang menyeru kepada iman, iman pada metafisika (ghaib) yaitu iman pada Allah, malaikat, akhirat, hisab, surga, neraka dan semua yang terjadi di dalam rasa menjadi pegangan ratio bagi aliran kebendaan di dalam mehghukum sesuatu, untuk menerima atau menolak, artinya aliran kebendaan menyarankan ummat manusia ke dalam hawa nafsu dan mencintai dunia serta meninggalkan agama yang benar.
Karena itu para juru da’wah/ummat Islam harus menangkis propaganda yang menyesatkan ini dan menjelaskan kepada Angkatan Muda khususnya bahwa Islam bukan saja menyeru kepada kebahagiaan di akhirat, dan tidak pernah mengharamkan segala yang baik waktu hidup di dunia, bahkan Islam menghendaki supaya mereka harus kuat dan sehat agar beramal di semua lapangan kehidupan, dan memanfaatkan segala sesuatu yang baik dari hasil usaha mereka itu. (Lihat surat Al-Baqarah ayat 172, Al-Maidah ayat 87, Al-A’raf ayat 32, dan An-Nahl ayat 97).
Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Makanlah olehmu rezki-rezki yang baik yang telah kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya mengabdi kepada-Nya semata!” (Al-Baqarah ayat 172).
Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu haramkan segala yang baik yang telah dihalalkan oleh Allah untuk kamu, dan janganlah kamu melewati batas, sesungguhnya Allah tidak suka pada orang-orang yang melewati batas.” (Al-Maidah ayat 87).
Artinya: “Katakanlah! Siapa yang berani haramkan perhiasan yang telah didatangkan Allah untuk hamba-hamba-Nya, dan jangan mengharamkan yang baik-baik dari rezki; katakanlah semua itu adalah untuk orang-orang beriman guna kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat yang murni, begitulah Allah (Kami) menjelaskan ayat-ayat kepada orang-orang yang mengerti.” (Al-A’raf ayat 32).
Artinya: “Siapa-siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun wanita dan dia beriman, maka akan Kami berikan padanya kehidupan yang layak, dan akan kami cukupkan pahalanya dengan yang lebih baik dan yang sudah ia kerjakan.” (An-Nahl ayat 97).
Yang menegaskan: Agar orang-orang yang beriman menikmati yang halal dan yang baik, dan jangan mencoba-coba mengharamkan yang dihalalkan Allah, dan jangan melanggar batas ketentuan (Syari’at).
Semuanya itu untuk menjamin keselamatan manusia sendiri serta untuk melindunginya dari bahaya kehancuran atau menurun ke derajat alam binatang (yaitu apabila ia sudah melanggar batas-batas tersebut). Kehancuran dan turun ke derajat hewan inilah yang diinginkan dan dituju oleh aliran materialisme.

b.Wujudiyah=Existentialism
Yaitu aliran kebebasan yang melepaskan dirinya dari semua ikatan kemasyarakatan, hukum, peraturan serta adat-istiadat, dan mengakui semua agama, tak punya tempat, tidak mempunyai isteri dan atau tanah air. Sebenarnya aliran ini adalah lanjutan dari aliran fikiran yang ditimbulkan oleh materialisme modern, yaitu memisahkan manusia dari aliran rohaninya dan menjadikannya menurun ke alam hewan semata, yang tak berperikemanusiaan dan tidak berperasaan.
PAUL SARTRE, tokoh aliran Wujudiyah (Existentialism) ini menyatakan: “Yang pantas dilaksanakan dalam kehidupan kebebasan ialah menjadikan orang-orang pengecut menjadi berani, menerima ajakan kebinatangan, melakukan keinginan nafsu, membuang semua tradisi ajaran-ajaran kemasyarakatan dan menghancurkan segala ikatan yang dibuat oleh agama-agama.” (Dari buku karya William James yang diterjemahkan oleh Dr Mahmud Hasbullah dengan judul Iradah al I’tiqad halaman 21).
Aliran Wujudiyah merusak tabiat manusia, akal, hati dan jiwa serta menjerumuskan kepada hewan yang tidak berotak, tidak berhati dan tidak berjiwa (tak berperasaan).
Aliran ini sudah tersebar luas di berbagai tempat di Eropa dan Amerika sebagai akibat dari kemerosotan Kristen di negeri-negeri tersebut. Kemudian Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk memperluas kegagalan dan kemerosotan masyarakat Eropa dan Amerika, yang kemudian diekspor (diluaskan) ke negeri-negeri Islam, melalui Pemuda-pemuda Islam yang belajar di Barat.
Faham ini ditanamkan pada pemuda-pemuda Islam, itu sebagai pengertian yang bermaksud untuk pendangkalan, yang dianggap sebagai gerakan kebebasan. Demikianlah peranan besar yang dilakukan oleh Orientalisme, untuk menyesatkan Pemuda-pemuda Islam dengan semboyan “Gerakan pembebasan yaitu bebas dari Agama, akal dan perikemanusiaan supaya mereka menjadi hewan yang lebih sesat, tidak khawatir lagi pada bahaya-bahaya kolonialis, dan Orientalis untuk memerangi Islam dan penggerogotan da’wahnya.”
Karena itu kita ummat Islam harus waspada terhadap propaganda yang berbahaya ini, supaya tidak terpengaruh oleh musuh-musuh tersebut.

c.Sekularisme
Di antara cara Orientalis untuk merusak da’wah Islam, ialah dengan penyebaran faham-fahamnya, kepada para ilmuwan Islam, agar mereka memisahkan antara ilmu dengan agama (yang disebut Sekularisme), yaitu propaganda palsu dan sesat yang bertopengkan intelektualisme.
Pengembangan ilmu adalah sebagian dari risalah Islam, dengan ilmu manusia bisa mengenal Tuhannya, mengamalkan Syari’at Islam, dan Islam mewajibkan menuntut ilmu, lihat surat Az-Zumar ayat 9, Al-Mujadalah ayat 11, dan Thaha ayat 114.
“Katakanlah (ya Muhammad)! Apakah sama orang berilmu dengan yang tidak berilmu? Hanya yang bisa menganalisa ialah ahli-ahli fikir.” (Az-Zumar ayat 9).
“Allah meninggikan derajat orang-orang berilmu dan yang diberi ilmu.” (Al-Mujaadalah ayat 11).
“Katakanlah, ya Muhammad: O, Tuhan! Tambahlah aku dengan ilmu.” (Thaha ayat 114).
Adapun sekularisme yang dilahirkan oleh Orientalis, membawa pada pemisahan ilmu dengan agama, hal ini tidak ada dalam Islam dan tidak pantas ada dalam masyarakat Islam, karena Islam menghimpun ilmu dan pengetahuan.
Siapa yang menerima sekularisme berarti tidak akan tahu hakekat Islam dan tidaklah sempurna Islam seseorang tanpa ilmu!
Kita harus membendung pemuda-pemuda terpelajar dari taktik buta sekularisme yang menyesatkan, siapa yang tenggelam dalam aliran pemikiran yang dibawa Orientalis, berarti akan mengkaramkan ummat Islam sendiri, sebab hal demikian akan merusak aqidah dan menjauhkan mereka dari agama yang membawa kesentausaan mereka (Islam). Allah-lah yang punya kemuliaan, kekuasaan yang menentukan, begitu Rasul-Nya dan orang beriman.

IV.      KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bagaimana sikap para kaum orientalis terhadap islam dan sikap itu bukan masalah baru, akan tetapi merupakan sesinambungan tipudaya musuh-musuh islam dari sejak dulu, namun lebih berkembang dan lebih banyak pola dan metodenya. Sesungguhnya sikap kaum orientalis tetap dalam sikap permusuhan terhadap aqidah, yang merupakan permusuhan paling dahsyat dan berbahaya lagi keji yang dialami islam sepanjang perjalanan sejarahnya. Sebab permusuhan itu dari hasil keja sama dan saling bantu-membantu antara satu dengan yang lain, yaitu menyatukan permusuhan kaum musyrikin yang diramu dalam satu wadah orientalisme.

 V.        PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan, tentunya masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan pemakalah demi membangun kesempurnaan makalah berikutnya, dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Jamilah, maryam. 1997. Islam dan orientalisme. Jakarta: PT Rajagrafindo persada
Dr. ahmad abdul hamid ghurab. 1992. Menyingkap tabir orientalisme. Jakarta timur: Pustakan Al-kautsar
 http://Koran.republika.co.id/koran /0/ 102339/ Pandangan orientalis terhadap sejarah islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar