PENDAHULUAN
Orientalis
menurut sebagian kalangan umum sering kali dianggap sebagai momok yang harus
diwaspadai dan disingkirkan jauh-jauh dari kita khususnya agama islam. Dalam
hal ini untuk memberi kesan seolah-olah objektif dan otoritatif, orientalis
biasanya berkedok sebagai pakar dalam bahasa, sejarah, agama dan kebudayaan.
Baik yang jauh maupun yang dekat.
Bagi
sebagian yang lain tidaklah demikian, disatu sisi orientalis sangat merugikan
kita sebagai orang muslim, karena kajian dan analisis yang dilakukanya
sangatlah mendiskreditkan dunia islam. Tetapi disisi lain mereka melakukan
analisis dan kajian dengan begitu objektif. Banyak orientalis yang telah
berusaha memutar balik esensi sejarah Islam yang telah tercatat dalam sejarah
kemanusiaan pada fase-fase sejarah yang berbeda.
PEMBAHASAN
Kalangan
orientalis sering memutarbalikkan maksud nash (teks) secara sengaja dengan
membuat kesimpulan yang menyesatkan. Historia est magistra vitae, sejarah
adalah guru kehidupan. Di antara bentuk penyimpangan yang sering dilakukan
kalangan orientalis ini adalah memutarbalikkan maksud nash (teks) secara
sengaja dengan tujuan membuat kesimpulan-kesimpulan yang tidak ada hubungannya
dengan nash tersebut. Bentuk penyimpangan lainnya adalah dengan cara menambah
atau menghilangkan beberapa kalimat, sehingga nash tersebut memberikan makna
yang tidak ada lagi kaitannya dengan nash itu sendiri.
Sudah
jelas bahwa tujuan mereka menyebarluaskan islam yang salah dan menyeramkan,
mencakup dua macam :
- Mengadakan kesenjangan sehingga
islam tidak dapat tersiar dieropa seperti tersiarnya pada bangsa lain.
- Menumbuhkan keraguan dalam hati
umat islam terhadap ajaran agamanya dan berusaha untuk memurtadkan mereka
dari islam dengan cara kristenisasi. Dan ini merupakan tujuan yang paling
penting.
Al-Qur’an
adalah satu-satunya kitab suci yang menyatakan dirinya, bersih dari keraguan,
dijamin keseluruhan isinya terjaga, dan tiada mungkin dibuat tandingannya.
Barangkali sifat-sifat inilah yang membuat kalangan non-muslim, khususnya
orientalis-missionaris Yahudi dan Kristen.
Tetapi
tidaklah mengherankan, karena sejak al-Qur’an diturunkan, sudah disinyalir
bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela sampai umat Islam mengikuti
keinginan dan keagamaan mereka. Selain itu, mereka ingin agar umat Islam
melakukan apa yang mereka lakukan seperti menggugat, dan mempersoalkan yang
sudah jelas dan mapan sehingga timbul keraguan terhadap yang benar dan sahih.
Dalam rangka
memberi kesan seolah-olah obyektif dan otoritatif, orientalis-missionaris biasa
berkedok sebagai pakar (expert scholar) mengenai bahasa, sejarah, agama,
tamaddun Timur, baik yang ‘jauh’ (far eastern, seperti Jepang, Cina dan
India) maupun yang ‘dekat’ (Near Eastern, seperti Persia, Mesir dan
Arabia).
Dari
buku-buku yang ditulis orientalis-missionaris, secara sembunyi maupun secara
terbuka, mereka memang benci terhadap al-Qur’an. Diantara ucapan mereka antara
lain, Galastowne berkata:
“Selama
masih terdapat pengaruh buku ini (al-Quran) Inggeris tidak akan
mencapai tujuan sedikitpun di negeri Arab, kecuali
pengaruh kitab ini telah dihilangkan. Oleh karena itu, Keluarkanlah rahasia
‘buku ini’ di kalangan umat Islam, niscaya tembok penghalang rencana kalian
hilang.”
Dalam
kesempatan lain ia berkata:
“Selama
al-Qur’an masih ada di tengah umat Islam, Eropa tidak akan sanggup mengalahkan
Timur, sekaligus mereka (Eropa) tidak aman terhadap dirinya.”
Ucapan di
atas melukiskan betapa barat sangat takut terhadap Islam dan kebangkitan
kebangkitan umat Islam. Mereka tahu, jalan satu-satunya kebangkitan kaum
muslimin hanya dengan al-Qur’an, tidak ada jalan lain. Maka bisa dipastikan,
mereka berusaha segala daya dan berbagai cara, agar pengaruh al-Qur’an tidak
lagi nampak di kalangan kaum muslimin.
Orientalis
dan Hadis Nabi saw: Mengenai hadis, ulama salaf dan khalaf, tidak pernah ada
yang meyakini bahwa seluruh hadis yang ada itu asli dan sahih semuanya.
Sebaliknya, tidak ada pula yang berkeyakinan bahwa semua hadis itu
palsu belaka. Hanya orang yang bodoh dan tak berilmu mengatakan demikian.
Tetapi orientalis-missionaris cenderung pada pendapat kedua. Padahal dua
pendapat di atas sama ekstrimnya. Oleh karena itu, dalam rangka mengecek
kebenaran dua pendapat ekstrim itu, dalam ilmu hadis terdapat penelitian
terhadap orang yang menyampaikan hadis/Rijal al-hadis. Namun itulah masalahnya,
karena mayoritas orientalis tidak percaya adanya sanad hadis. Orientalis
semisal Alois Sprenger, yang pertama sekali mempersoalkan status hadis,
berpendapat bahwa hadis adalah kumpulan anekdot-anekdot (cerita-cerita bohong
tapi menarik). Begitu pula William Muir orientalis asal Inggeris, yang mengkaji
biografi Muhammad saw dan sejarah perkembangan Islam, berkata; Dari 4.000 hadis
yang dianggap sahih oleh Imam Bukhari, paling tidak separuhnya harus ditolak
dari segi isnad, belum lagi dari segi matannya. Selang beberapa waktu muncul
Ignaz goldziher, orientalis asal Hungaria yang pernah belajar di Universitas
al-Azhar Kairo sekitar tahun 1873-1874, sepulang ke Eropa ia dinobatkan sebagai
orientalis yang paling banyak mengerti soal Islam. Pendapat Goldziher, lebih
parah dari para pendahulunya, katanya; dari sekian banyak hadis, sebagian
besarnya, tidak dijamin keasliannya, alias palsu. Menurut dia lagi, hadis
adalah produk bikinan masyarakat Islam beberapa abad setelah Muhammad wafat,
bukan berasal dan tidak asli dari nabi. Demikian kesimpulan
orientalis-missionaris setelah bekerja bertahun-tahun mengkaji hadis nabi
saw. Adapun kaki tangan orientalis-missionaris, telah menyebar pula di dunia
timur, seperti dikemukakan oleh Ahmad Muhammad Syakir, ketika membahas
penyimpangan sebagian ulama memahami hadis; “Kamu lebih tahu urusan
duniamu”.
Ia berkata;
“Hadis ini
digembar-gemborkan oleh banyak orang Mesir, orientalis Eropa, kaki tangan
orientalis serta budak-budak missionaris. Mereka menjadikan hadis
ini sebagai dasar menolak ahli sunnah dan pendukungnnya. Jika mereka hendak
menolak sunnah, mengingkari syariat dalam kehidupan sosial, mereka mengatakan
ini adalah urusan dunia. Mereka berpegang pada riwayat hadis ini. Allah
SWT tahu bahwa sesungguhnya mereka tidak beriman kepada inti agama, tidak
kepada sifat Uluhiyah Allah dan tidak pula kepada risalah Nabi Muhammad saw.
Jika mereka beriman, itu hanya sebatas lisan saja.”
Secara umum
orientalis sangat memperhatikan kajian sunnah dan al-Qur’an secara khusus.
Menurut mereka, jika dapat menanamkan keraguan terhadap sunnah, maka secara
otomatis dapat menanamkan keraguan terhadap al-Qur’an, bahkan Islam itu
sendiri. Oleh karena itu, dalam kesempatan lain, Gibb berbicara tentang sunnah,
berkata:
“Sesungguhnya
Islam di bangun di atas landasan hadis-hadis Nabi lebih banyak, dari pada
landasan al-Qur’an. Tetapi jika kita dapat membuang hadis-hadis palsu, maka
sedikitpun Islam tidak ada yang tersisa”.
Akhirnya, dapat kemukakan bahwa di satu pihak,
kekeliruan pemahaman tentang kedudukan, fungsi dan sejarah perkembangan hadis
timbul akibat dangkalnya pengetahuan agama. Dan di pihak lain, ia terjadi
akibat pendangkalan agama yan dilakukan oleh musuh-musuh Islam-khususnya para
orientalis yang tidak beranggung jawab yang mengatasnamakan penelitian
ilmiyah untuk tujuan-tujuan tertentu. Gerakan gazwu al-fikr dunia
barat telah membanjiri dunia timur, sehingga ibarat air bah, alirannya yang
sangat deras, menggunung dan bergelombang telah menghanyutkan umat Islam,
termasuk tokoh-tokoh intelektual.
CARA
ORIENTALISME MENGGEROGOTI DA’WAH ISLAM
1.Kristenisasi
Tak diragukan lagi oleh ummat Islam, bahwa Perang Salib belum berakhir, sejak
Eropa keluar dari keterbelakangannya di zaman pertengahan mereka menuju ke
timur dan menjadikannya daerah-daerah jajahan.
Penjajah bermaksud menguasai negeri dan
rakyatnya, kemudian menghancurkan Aqidah yang sudah bersemi di hati ummat
Islam.
Melalui Orientalisme, penjajah menanamkan
perasaan bahwa Islam berbahaya bagi programnya. Program yang digariskannya
dengan tujuan hendak mematikan nilai kemanusiaan di negeri jajahan, supaya
lenyap perasaan kemanusiaan di sana, sehingga tidak akan timbul bibit-bibit
perlawanan menghadapi penjajah yang sudah memonopoli negeri itu, dan program
yang bertujuan mematahkan hal-hal yang peka pada jiwa ummat Islam yaitu faham
Wahdaniyah yang tidak mau tunduk pada selain Allah.
Justru karena itulah penjajah menebarkan hal-hal
yang menyerang Islam secara rahasia melalui Orientalis, terbukti dengan
mobilisasi tentara di bawah pimpinan Orientalis, mendrop para propagandis ke
negeri-negeri Islam dan melindunginya dengan tentara-tentara penjajah, mengatur
posisinya dan propagandanya di kota-kota dan kampung-kampung, membantu mereka
dengan uang, atau mendirikan rumah sakit, rumah jompo dan sekolah-sekolah;
sebagai alat jaringan penyesatan. Mereka bersembunyi di balik kedok demi
melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan kebodohan, dengan kedok yang.bernama
Al Masih.
2. Membenamkan ummat Islam ke dalam aliran-atiran
fikiran yang menyesatkan
Di antara cara menggerogoti da’wah Islam ialah membenamkan ummat Islam ke dalam aliran-aliran yang menyesatkan; terutama Generasi Mudanya dengan memalingkan mereka dari agama.
Di antara cara menggerogoti da’wah Islam ialah membenamkan ummat Islam ke dalam aliran-aliran yang menyesatkan; terutama Generasi Mudanya dengan memalingkan mereka dari agama.
a.Materialisme
Zaman modern telah diracuni dengan meniupkan faham kebendaan ke dalam otak dan pribadi masyarakat, dengan faham yang mengingkari nilai kemanusiaan, rasa kasih sayang penyantun terhadap keluarga, kerabat dan masyarakat semuanya.
Zaman modern telah diracuni dengan meniupkan faham kebendaan ke dalam otak dan pribadi masyarakat, dengan faham yang mengingkari nilai kemanusiaan, rasa kasih sayang penyantun terhadap keluarga, kerabat dan masyarakat semuanya.
Yang paling berbahaya di dalam aliran
materialisme ialah besarnya nafsu manusia, nafsu masuk selalu di bagian-bagian
yang lemah, sehingga manusia itu selalu cenderung pada hal-hal yang cepat untuk
mendapatkan kecintaan dan kesuksesannya, seperti yang dijelaskan oleh Allah
dalam surat al Qiyamah ayat 20-21 dan surat Al Insan ayat 27, yang artinya:
“Ingat! bahkan kamu suka yang segera dan kamu
tinggalkan akhirat.” (al Qiyamah ayat 20-21).
“Sesungguhnya mereka itu mencintai yang segera,
dan meninggalkan di belakangnya hari yang berat pertanggungan jawabnya
(siksanya).” (al Insan ayat 27).
Kecenderungan nafsu ini dimanfaatkan oleh musuh
Islam, untuk memojokkan pemuda dan pemudi melakukan penggerogotan da’wah Islam
dengan mengutip sebagian kata-kata akhli tasauf yang mengatakan dirinya Islam,
di mana kaum tasauf yang ingin memencilkan dirinya dari kesenangan dunia, yang
menurut anggapan mereka adalah bukti dari mengikut agama yang sebenarnya. Semua
ini adalah propaganda batil. Tapi Orientalis mengambil manfaat dari hal
tersebut, untuk merusak Generasi Muda Islam dengan faham materialis, agar
mereka bingung dan ragu.
Materialisme, mengingkari agama yang menyeru
kepada iman, iman pada metafisika (ghaib) yaitu iman pada Allah, malaikat,
akhirat, hisab, surga, neraka dan semua yang terjadi di dalam rasa menjadi
pegangan ratio bagi aliran kebendaan di dalam mehghukum sesuatu, untuk menerima
atau menolak, artinya aliran kebendaan menyarankan ummat manusia ke dalam hawa
nafsu dan mencintai dunia serta meninggalkan agama yang benar.
Karena itu para juru da’wah/ummat Islam harus
menangkis propaganda yang menyesatkan ini dan menjelaskan kepada Angkatan Muda
khususnya bahwa Islam bukan saja menyeru kepada kebahagiaan di akhirat, dan
tidak pernah mengharamkan segala yang baik waktu hidup di dunia, bahkan Islam
menghendaki supaya mereka harus kuat dan sehat agar beramal di semua lapangan
kehidupan, dan memanfaatkan segala sesuatu yang baik dari hasil usaha mereka
itu. (Lihat surat Al-Baqarah ayat 172, Al-Maidah ayat 87, Al-A’raf ayat 32, dan
An-Nahl ayat 97).
Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Makanlah
olehmu rezki-rezki yang baik yang telah kami berikan kepada kamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya mengabdi kepada-Nya semata!”
(Al-Baqarah ayat 172).
Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Janganlah
kamu haramkan segala yang baik yang telah dihalalkan oleh Allah untuk kamu, dan
janganlah kamu melewati batas, sesungguhnya Allah tidak suka pada orang-orang
yang melewati batas.” (Al-Maidah ayat 87).
Artinya: “Katakanlah! Siapa yang berani haramkan
perhiasan yang telah didatangkan Allah untuk hamba-hamba-Nya, dan jangan
mengharamkan yang baik-baik dari rezki; katakanlah semua itu adalah untuk
orang-orang beriman guna kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat yang
murni, begitulah Allah (Kami) menjelaskan ayat-ayat kepada orang-orang yang
mengerti.” (Al-A’raf ayat 32).
Artinya: “Siapa-siapa yang beramal saleh, baik
laki-laki maupun wanita dan dia beriman, maka akan Kami berikan padanya
kehidupan yang layak, dan akan kami cukupkan pahalanya dengan yang lebih baik
dan yang sudah ia kerjakan.” (An-Nahl ayat 97).
Yang menegaskan: Agar orang-orang yang beriman
menikmati yang halal dan yang baik, dan jangan mencoba-coba mengharamkan yang
dihalalkan Allah, dan jangan melanggar batas ketentuan (Syari’at).
Semuanya itu untuk menjamin keselamatan manusia
sendiri serta untuk melindunginya dari bahaya kehancuran atau menurun ke
derajat alam binatang (yaitu apabila ia sudah melanggar batas-batas tersebut).
Kehancuran dan turun ke derajat hewan inilah yang diinginkan dan dituju oleh
aliran materialisme.
b.Wujudiyah=Existentialism
Yaitu aliran kebebasan yang melepaskan dirinya dari semua ikatan kemasyarakatan, hukum, peraturan serta adat-istiadat, dan mengakui semua agama, tak punya tempat, tidak mempunyai isteri dan atau tanah air. Sebenarnya aliran ini adalah lanjutan dari aliran fikiran yang ditimbulkan oleh materialisme modern, yaitu memisahkan manusia dari aliran rohaninya dan menjadikannya menurun ke alam hewan semata, yang tak berperikemanusiaan dan tidak berperasaan.
Yaitu aliran kebebasan yang melepaskan dirinya dari semua ikatan kemasyarakatan, hukum, peraturan serta adat-istiadat, dan mengakui semua agama, tak punya tempat, tidak mempunyai isteri dan atau tanah air. Sebenarnya aliran ini adalah lanjutan dari aliran fikiran yang ditimbulkan oleh materialisme modern, yaitu memisahkan manusia dari aliran rohaninya dan menjadikannya menurun ke alam hewan semata, yang tak berperikemanusiaan dan tidak berperasaan.
PAUL SARTRE, tokoh aliran Wujudiyah
(Existentialism) ini menyatakan: “Yang pantas dilaksanakan dalam kehidupan
kebebasan ialah menjadikan orang-orang pengecut menjadi berani, menerima ajakan
kebinatangan, melakukan keinginan nafsu, membuang semua tradisi ajaran-ajaran
kemasyarakatan dan menghancurkan segala ikatan yang dibuat oleh agama-agama.”
(Dari buku karya William James yang diterjemahkan oleh Dr Mahmud Hasbullah
dengan judul Iradah al I’tiqad halaman 21).
Aliran Wujudiyah merusak tabiat manusia, akal,
hati dan jiwa serta menjerumuskan kepada hewan yang tidak berotak, tidak
berhati dan tidak berjiwa (tak berperasaan).
Aliran ini sudah tersebar luas di berbagai tempat
di Eropa dan Amerika sebagai akibat dari kemerosotan Kristen di negeri-negeri
tersebut. Kemudian Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk memperluas kegagalan
dan kemerosotan masyarakat Eropa dan Amerika, yang kemudian diekspor
(diluaskan) ke negeri-negeri Islam, melalui Pemuda-pemuda Islam yang belajar di
Barat.
Faham ini ditanamkan pada pemuda-pemuda Islam,
itu sebagai pengertian yang bermaksud untuk pendangkalan, yang dianggap sebagai
gerakan kebebasan. Demikianlah peranan besar yang dilakukan oleh Orientalisme,
untuk menyesatkan Pemuda-pemuda Islam dengan semboyan “Gerakan pembebasan yaitu
bebas dari Agama, akal dan perikemanusiaan supaya mereka menjadi hewan yang
lebih sesat, tidak khawatir lagi pada bahaya-bahaya kolonialis, dan Orientalis
untuk memerangi Islam dan penggerogotan da’wahnya.”
Karena itu kita ummat Islam harus waspada
terhadap propaganda yang berbahaya ini, supaya tidak terpengaruh oleh
musuh-musuh tersebut.
c.Sekularisme
Di antara cara Orientalis untuk merusak da’wah Islam, ialah dengan penyebaran faham-fahamnya, kepada para ilmuwan Islam, agar mereka memisahkan antara ilmu dengan agama (yang disebut Sekularisme), yaitu propaganda palsu dan sesat yang bertopengkan intelektualisme.
Di antara cara Orientalis untuk merusak da’wah Islam, ialah dengan penyebaran faham-fahamnya, kepada para ilmuwan Islam, agar mereka memisahkan antara ilmu dengan agama (yang disebut Sekularisme), yaitu propaganda palsu dan sesat yang bertopengkan intelektualisme.
Pengembangan ilmu adalah sebagian dari risalah
Islam, dengan ilmu manusia bisa mengenal Tuhannya, mengamalkan Syari’at Islam,
dan Islam mewajibkan menuntut ilmu, lihat surat Az-Zumar ayat 9, Al-Mujadalah
ayat 11, dan Thaha ayat 114.
“Katakanlah (ya Muhammad)! Apakah sama orang
berilmu dengan yang tidak berilmu? Hanya yang bisa menganalisa ialah ahli-ahli
fikir.” (Az-Zumar ayat 9).
“Allah meninggikan derajat orang-orang berilmu
dan yang diberi ilmu.” (Al-Mujaadalah ayat 11).
“Katakanlah, ya Muhammad: O, Tuhan! Tambahlah aku
dengan ilmu.” (Thaha ayat 114).
Adapun sekularisme yang dilahirkan oleh
Orientalis, membawa pada pemisahan ilmu dengan agama, hal ini tidak ada dalam
Islam dan tidak pantas ada dalam masyarakat Islam, karena Islam menghimpun ilmu
dan pengetahuan.
Siapa yang menerima sekularisme berarti tidak
akan tahu hakekat Islam dan tidaklah sempurna Islam seseorang tanpa ilmu!
Kita harus membendung pemuda-pemuda terpelajar
dari taktik buta sekularisme yang menyesatkan, siapa yang tenggelam dalam
aliran pemikiran yang dibawa Orientalis, berarti akan mengkaramkan ummat Islam
sendiri, sebab hal demikian akan merusak aqidah dan menjauhkan mereka dari
agama yang membawa kesentausaan mereka (Islam). Allah-lah yang punya kemuliaan,
kekuasaan yang menentukan, begitu Rasul-Nya dan orang beriman.
IV.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas dapat dilihat bagaimana sikap para kaum orientalis terhadap
islam dan sikap itu bukan masalah baru, akan tetapi merupakan sesinambungan
tipudaya musuh-musuh islam dari sejak dulu, namun lebih berkembang dan lebih
banyak pola dan metodenya. Sesungguhnya sikap kaum orientalis tetap dalam sikap
permusuhan terhadap aqidah, yang merupakan permusuhan paling dahsyat dan
berbahaya lagi keji yang dialami islam sepanjang perjalanan sejarahnya. Sebab
permusuhan itu dari hasil keja sama dan saling bantu-membantu antara satu
dengan yang lain, yaitu menyatukan permusuhan kaum musyrikin yang diramu dalam
satu wadah orientalisme.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami paparkan, tentunya masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kritik dan saran sangat diharapkan pemakalah demi membangun
kesempurnaan makalah berikutnya, dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR
PUSTAKA
Jamilah,
maryam. 1997. Islam dan orientalisme. Jakarta: PT Rajagrafindo persada
Dr.
ahmad abdul hamid ghurab. 1992. Menyingkap tabir orientalisme. Jakarta
timur: Pustakan Al-kautsar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar