Translate

Total Tayangan Halaman

Followers

Kamis, 10 Januari 2013

URBANISASI dan MIGRASI DESA-KOTA: TEORI dan KEBIJAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN





URBANISASI dan MIGRASI DESA-KOTA: TEORI dan KEBIJAKAN
Urbanisasi dan migrasi desa-kota masih akan terus berlangsung dan tidak dapat dihindari, berdasarkan tren jangka panjang, perbandingan dengan negara maju, rangsangan individu yang masih kuat. Bias perkotaan memicu migrasi, namun investasi yang berfokus di bidang pertanian cukup meningkatkan produktivitas di daerah pedesaan sehingga memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit. Kebanyakan daerah alternatif yang menjadi perluasan kesempatan kerja cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan akibat efek aglomerasi. Lagipula, seiring dengan peningkatan pendidikan di daerah pedesaan, para pekerja memperoleh keterampilan yang diperlukan sehingga keinginan semakin menggebu untuk mencari pekerjaan di kota. Namun, migrasi desa-kota sering kali masih menjadi masalah pelik dari sudut pandang sosial, khususnya di kota-kota raksasa. Kebijakan mampu mengatasi masalah-masalah lonjakan migrasi dan masalah keterbatasan kesempatan kerja yang sedemikian serius di banyak negara berkembang. “Konsensus“ dari pendapat-pendapat sebagian besar ekonom mengenai bentuk strategi yang tepat untuk menanggulangi persoalan migrasi dan kesempatan kerja secara menyeluruh, setidaknya mengandung tujuh elemen utama.  
Kaitan antara urbanisasi danpendapatan perkapita adalah salah satu “fakta yang dibengkokkan” yang paling jelas dan mengejutkan dari proses pembangunan.Umumnya semakin maju suatu negara, yang di ukur dengan pendapatan perkapita, semakin banyak pula jumlah penduduk yang di daerah perkotaan. Namun pada saat yang sama, ketika banyak negara menjadi lebih urban dari pada negara- negara maju dulu pada saat tingkat  pembangunannya setara, sebagaimana di ukur dengan pendapatan perkapita dan negara -negara paling miskin  mengalami urbanisasi pada tingkat yang lebih cepat. Populasi penduduk perkotaan di dunia sekarang hampir sama besarnya dengan jumlah penduduk pedesaan pada pertama kalinya dlam sejarah saat industri belum berkembang. Lonjakan jumlah penduduk di daerah perkotaan tersebut memang akan membawa manfaat ekonomi tertentu akan tetapi biaya-biaya sosial yang akan muncul juga luar biasa besarnya. Rasa prihatin dan cemas terhadap pertumbuhan perkotaan yang terlalu cepat di negara-negara berkembang itu mengungkapkan pokok masalah yang paling penting untuk dibahas di sini yaitu seberapa jauh pemerintah disuatu negara dapat merumuskan kebijakan pembangunan yang memiliki dampak pasti terhadap pertumbuhan kota.

Model migrasi dari Todaro memiliki empat pemikiran dasar sebagai berikut:
1.     Model migrasi desa-kota dirangsang terutama sekali, oleh berbagai pertimbanganekonomi yang rasional dan yang langsung berkaitan dengan keuntungan atau manfaatdan biaya-biaya relative migrasi itu sendiri (sebagian besar terwujud dalam satuanmoneter, namun ada pula yang terwujud dalam bentuk-bentuk atau ukuran lain,misalnya saja kepuasan psikologis).
2.     Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatanyang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan actual dipedesaan (pendapatan yangdiharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secara rasional bisa diharapkan akantercapai di masa-masa mendatang).
3.     Kemungkinan mendaptkan pekejaan di perkotaanberkaitan langsung dengan tingkat lapangan pekerjaan di perkotaan, sehinggaberbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
4.     Laju migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun telah melebihi laju pertumbuhan kesempatan kerja. Kenyataan ini memliki landasan yang rasional, karenaadanya perbedaan ekspetasi pendapatan yang sangat lebar, yakni para migran pergi kekota untuk meraih tingkat upah lebih tinggi yang nyata. Dengan demikian, lonjakanpenggaruan di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari adanyakesempatan ekonomi berupa kesenjangan tingkat upah antara di perdesaan danperkotaan dan ketimpangan itu banyak ditemukan di dunia ketiga.
Terdapat Lima Implikasi kebijakan menurut Todaro
1.         Ketimpangankesempatan kerja antara kota dan desa harus dikurangi. Karena para imigran diasumsikan tanggap terhadap adanya selisih-selisih pendapatan, maka ketimpangan kesempatan ekonomi antara segenap sektor perkotaan dan pedesaan harus dikurangi.
2.         Pemecahan masalah penggaruan tidak cukup hanya dengan menciptakanlapangan pekerjaan di kota. Pemecahan masalah pengangguran di perkotaan yangdilakukan menurut saran-saran ilmu ekonomi Keynesian atau tradisional (yaitu, melaluipenciptaan lebih banyak lapangan kerja disektor modern perkotaan tanpa harus meningkatkan penghasilan dan kesempatan kerja di pedesaan dalam waktubersamaan.
3.         Pengembangan pendidikan yang berlebihan dapat mengakibatkan migrasi dan pengangguran. Model Todaro juga memiliki implikasi kebijakan penting untuk mencegah invetasi di bidang pendidikan yang berlebihan, terutama pendidikan tinggi.
4.         Pemberian subsidi upah dan penentuan harga faktor produksitradisional (tenaga kerja) justru menurunkan produktivitas.
5.     Program pembangunan desa secara terpadu harus dipacu. Setiap kebijakan yang hanyaditujukan untuk memenuhi sisi permintaan kesempatan kerja di kota, seperti subsidi upah, rekrutmen pegawai lembaga-lembaga pemerintah, penghapusan distorsi harga-harga faktor produksi dan penyediaan insentif perpajakan bagi para majikan, dalam jangka panjang ternyata tidak begitu efektif untuk meniadakan atau menanggulangimasalah pengangguran.
Strategi Komprehensif untuk menanggulangi persoalan migrasi dan kesempatan kerja:
1.     Penciptaan keseimbangan ekonomi yang memadahi antara desa dan kota
2.     Perluasan industri-industri kecil yang padat karya
3.     Penghapusan distorsi harga faktor-faktor produksi
4.     Pemilihan tekhnologi padat karya yang tepat
5.     Pengubahan keterkaitan langsung antara pendidikan dan kesempatan kerja
6.     Pengurangan laju pertumbuhan penduduk melalui upaya pengentasan kemiskinan absolut dan perbaikan distribusi pendapatan
7.     Mendestralisasikan kewenangan ke kota dan daerah sekitarnya
Faktor Pendorong Terjadinya UrbanisasiMenurut Todaro (1985: 75) karakteristik dasar dalam migrasi adalah sebagai berikut :
1.dorongan utama migrasi adalah pertimbangan ekonomi yang rasional terhadap segala keuntungan dan kerugian.
2.keputusan migrasi lebih bergantung kepada harapan daripada perbedaan upah riil sesungguhnya yangterdapat di desa dan kota.
3.kemungkinan seseorang mendapatkan pekerjaan di kota, berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran yang terdapat di kota itu.
4.tingkat migrasi melebihi tingkat pertumbuhan lapangan kerja di kota adalah suatu hal yang logis.
5.keterbatasan fasilitas di desa.

Selain itu ada juga faktor-faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi khususnya di Indonesia, faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Didak tersedianya sekolah yang memadai di desa.
1.   Pada dua dasawarsa yang akan datang masalah gelombang urbanisasi yang cepat menjadi topik kebijakan kependudukan yang lebih penting daripada upaya menghambat laju pertumbuhan penduduk di negara-negara Dunia Ketiga karena adanya dampak negatif dari migrasi yaitu memperburuk keseimbangan stuktural antara desa dan kota secara langsung. Dan pada kenyataannya, dampak negatif yang ditimbulkan oleh migrasi terhadap proses pembangunan ternyata lebih luas daripada sekedar memperburuk kondisi maupun tingkat pengangguran di perkotaan, baik secara terbuka atau terselubung dan sesungguhnya migrasi membawa implikasi negatif yang yang selalu ditimbulkannya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan upaya-upaya pembangunan secara keseluruhan, terutama yang termanifestasikan dari proses terus memburuknya distribusi pendapatan atau hasil-hasil pembangunan sehingga topik masalah gelombang urbanisasi yang cepat lebih penting guna memperbaiki pertumbuhan ekonomi yang mana dengan pertumbuhan ekonomi yang baik akan membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk di negara-negara Dunia Ketiga.
2.     Jelaskan secara singkat asumsi-asumsi pokok serta hal-hal terpenting dari model Todaro mengenai Migrasi dari desa ke kota. Salah satu implikasi yang signifikan dari model ini adalah kesimpulannya yang sekilas terkesan paradoks, yaitu bahwa kebijakan pemerintah yang khusus dirancang guna menciptakan lebih banyak kesempatan kerja di daerah perkotaan pada kenyataannya justru menimbulkan lebih banyak pengangguran. Coba anda uraikan alasan atau logika yang terkandung dalam pernyataan itu.

Jawab :
Model ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi. Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan migrasi juga merupakan suatu keputusan yang telah dirumuskan secara rasional, para migran tetap saja pergi, meskipun mereka tahu betapa tingginya tingkat pegangguran yang ada di daerah-daerah perkotaan. Selanjutnya model Todaro mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Namun, pendapatan yang dipersoalkan di sini bukanlah penghasilan yang aktual, melainkan penghasilan yang diterapkan. Adapun premis dasar dalam model ini adalah bahwa para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan berbagai macam pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, serta kemudian memilih salah satu diantaranya yang dapat memaksimukan keutungan yang diharapkan dari migrasi.


3.     Kunci penyelesaian masalah arus migrasi desa ke kota yang berlebihan dan meningkatnya pengangguran (terbuka maupun terselubung) di perkotaan negara-negara dunia ketiga adalah serangkaian perbaikan atas keseimbangan kesempatan-kesempatan ekonomi dan sosial yang ada di desa dan di kota. Jelaskan alasan di balik pernyataan ini dan berikan beberapa contoh yang cukup spesifik mengenai keijakan pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan keseimbangan kesempatan-kesempatan ekonomi dan sosial anatara desa dan kota.
Jawab :
Implikasi kebijakan-kebijakan itu adalah pertama, ketimpangan kesempatan kerja anatara kota dan desa harus dikurangi, contohnya perpindahan tenaga kerja pedesaan secara besar-besaran ke daerah perkotaan. Kedua, pemecahan masalah pengangguran tidak cukup hanya dengan menciptakan lapangan kerja di kota. Ketiga, Pengembangan pendidikan yang berlebihan dapat mengakibatkan migrasi dan pengangguran. Keempat, pemberian subsidi upah dan penentuan harga faktor produksi tradisonal (tenaga kerja) justru menurunkan produktivitas. Dan Kelima, program pembangunan desa secara terpadu harus dipacu.

4.     Selama bertahun-bertahun aliran ilmu ekonomi pembangunan konvensional mengasumsikan adanya konflik inheren antara memaksimumkan tingkat pertumbuhan output dengan upaya meningkatkan kesempatan kerja disektor industri secara cepat. Adakah kemungkinan kedua tujuan tersebut saling mendukung dan bukannya berlawanan satu sama lain ? jelaskan jawaban anda.
Jawab :
Kedua tujan tersebut ada kemungkinan saling mendukung, karena Pertumbuhan ekonomi adalah prasyarat untuk meningkatkan lapangan kerja produktif; ini merupakan hasil gabungan dari peningkatan dalam kesempatan kerja dan peningkatan dalam produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi menetapkan batasan absolut dimana pertumbuhan dalam kesempatan kerja dan pertumbuhan dalam produktivitas tenaga kerja dapat terjadi. Namun, pola atau sifat dari pertumbuhan juga mempengaruhi. Dampak dari pertumbuhan ekonomi pada penciptaan lapangan kerja produktif bergantung pada bukan hanya tingkat pertumbuhan, namun juga efisiensi dimana pertumbuhan diterjemahkan menjadi lapangan kerja produktif. Lapangan kerja produktif bergantung dari serangkaian faktor, seperti komposisi sektor pertumbuhan dan intensitas modal/tenaga kerja pertumbuhan dan penghasilan dari pekerjaan. Sebuah tinjauan pembangunan ekonomi dari perspektif kesempatan kerja oleh karenanya harus menilai sejauh mana pertumbuhan ekonomi telah memenuhi kebutuhan akan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan penghasilan yang lebih tinggi.
5.    Apa yang sebenarnya dimaksut dengan “ penciptaan harga yang sebenarnya” ? apa saja syarat yang harus dipenuhi  agar penghapusan distori harga factor produksi dapat menciptakan kesempatan  kerja baru yang cukup besar? ( pastikan bahwa anda memahami sepenuhnya apa yang dimaksut dengan “ distorsi harga factor produksi”).
       Penciptaan harga yang sebenarnya adalah harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar.
       Syarat yang harus dipenuhi agar penghapusan distorsi  harga produksi dapat menciptakan  kesempatan kerja baru yang cukup besar yaitu Dengan menggunakan harga yang sebenarnya dan menggunakan tekhnologi yang lebih tepat dan sejauh mana tenaga kerja dapat menggantikan modal dalam proses produksi yang dilaksanakan di berbagai negara berkembang. Dan progam pembangunan desa harus dipacu.
6.     Sector informal menjadi bagian yang semakin besar dan semakin penting dalam perekonomian dibanyak Negara dunia ketiga. Jelaskan perbedaan antara sector formal dan sector informal serta uraikanlah aspek-aspek positif dan negative dari pasar tenaga kerja informal diperkotaan.
                  Jawab :
                 sector informal  biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil, yaitu perpindahan dari tenaga kerja miskin didesa yang pindah kekota guna menghindari kemiskinan dan pengangguran, tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan Negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.
Sector formal  adalah lingkungan suatu usaha resmi yg dapat menampung tenaga kerja
èAspek positif:
a.  mampu menciptakan surplus
b.  sebagai akibat dari rendahnya intensitas permodalan
c.  mampu memberikan latian kerja dan magang dengan biaya yang sangat murah
d. menciptakan permintaan atas tenaga kerja semi terlatih dan kurang ahli
e.  lebih banyak dan lebih mudah menerapkan teknologi tepat guna
f. memainkan peranan yang sangat penting dalam proses daur ulang limbah atau sampah
g. memeratakan distribusi hasil-hasil pembangunan kepada penduduk miskin
èaspek negative : sector informal tertumpu pada hubungan yang begitu erat antara migrasi desa – kota dan penyerapan tenaga kerja oleh sector tersebut.
7.     Mengapa ibukota Negara-negara sedang berkembang sering kali memiliki ketidak seimbangan yang besar? Factor-faktor apa yang dapat menunjang penetapan kebijakan yang lebih baik?
Jawab :  karena begitu cepatnya pertumbuhan penduduk kota-kota diberbagai Negara yang sedang berkembang.
Factor-faktor yang dapat menunjang penetapan kebijakan yang lebih baik:
a.      Penciptaan keseimbangan ekonomi yang memadai antara desa dan kota
b.     Perluasan industry-industry kecil yang padat karya
c.      Penghapusan distorsi harga factor-faktor iproduksi
d.     Pemilihan teknologi produksi  padat karya yang tepat
e.      Pengubahan keterkaitan langsung antara pendidikan dan kesempatan kerja
f.      Pengurangan laju pertumbuhan penduduk
g.     Mendesentralisasikan kewenangan kekota dan daerah sekitarnya.
8.     Apa yang dimaksut dengan distrik industry? Bagaimana pemerintah Negara-negara sedang berkembang dapat membentuk mengembangkan distrik industry itu agar meraih sukses?
Jawab : Distrik industry pemilihan lokasi dimana dapat dipelajari kegiatan perusahaan lain yang berada dalam industry yang sama.
Pemerintah mengembangkan industry yang bervariasi mulai dari industry rumahan sampai kepenggunaan teknik yang lebih modern, sehingga dapat menjadi factor yang signifikan dalam mengembangkan keunggulan kompetitif.





2 komentar: